Frekuensi yang sering bukan berarti pencernaannya terganggu. Waspadai bila warnanya putih atau disertai darah. Kegiatan buang air besar pada bayi kadang membuat khawatir orang tua. Warna, bentuk dan polanya yang berbeda dengan orang dewasa inilah yang kerap menimbulkan kecemasan. Sebelum kita menjadi cemas, berikut penjelasan dr. Waldi Nurhamzah, Sp.A, tentang feses bayi.
WARNA
Umumnya, warna-warna tinja pada bayi dapat dibedakan menjadi kuning atau cokelat, hijau, merah, dan putih atau keabu-abuan. Normal atau tidaknya sistem pencernaan bayi, dapat dideteksi dari warna-warna tinja tersebut.
Kuning
Warna kuning diindikasikan sebagai feses yang normal. Warna feses bayi sangat dipengaruhi oleh susu yang dikomsumsinya. "Bila bayi minum ASI secara eksklusif, tinjanya berwarna lebih cerah dan cemerlang atau didominasi warna kuning, karenanya disebut golden feces. Berarti ia mendapat ASI penuh, dari foremilk (ASI depan) hingga hindmilk (ASI belakang)."
Warna kuning timbul dari proses pencernaan lemak yang dibantu oleh cairan
empedu. Cairan empedu dibuat di dalam hati dan disimpan beberapa waktu di
dalam kandung empedu sampai saatnya dikeluarkan. Bila di dalam usus terdapat
lemak yang berasal dari makanan, kandung empedu akan berkontraksi (mengecilkan ukurannya) untuk memeras cairannya keluar. Cairan empedu ini
akan memecah lemak menjadi zat yang dapat diserap usus.
Sedangkan bila yang diminum susu formula, atau ASI dicampur susu formula,
warna feses akan menjadi lebih gelap, seperti kuning tua, agak cokelat, cokelat tua, kuning kecoklatan atau cokelat kehijauan.
Hijau
Feses berwarna hijau juga termasuk kategori normal. Meskipun begitu, warna
ini tidak boleh terus-menerus muncul. "Ini berarti cara ibu memberikan ASI-nya belum benar. Yang terisap oleh bayi hanya foremilk saja, sedangkan hindmilk-nya tidak." Kasus demikian umumnya terjadi kalau produksi ASI sangat melimpah.
Di dalam payudaranya, ibu memiliki ASI depan (foremilik) dan ASI belakang (hindmilk). Pada saat bayi menyusu, ia akan selalu mengisap ASI depan lebih
dulu. Bagian ini mempunyai lebih banyak kandungan gula dan laktosa tapi rendah lemak. Sifatnya yang mudah dan cepat diserap membuat bayi sering lapar kembali. Sedangkan, ASI belakang (hindmilk) akan terisap kalau foremilk yang keluar lebih dulu sudah habis. Hindmilk mengandung banyak lemak. "Lemak ini yang membuat tinja menjadi kuning."
Nah, kalau bayi hanya mendapat foremilk yang mengandung sedikit lemak dan
banyak gula, kadang-kadang terjadi perubahan pada proses pencernaan yang
akhirnya membuat feses bayi berwarna hijau. Bahkan sering juga dari situ
terbentuk gas yang terlalu banyak (kentut melulu), sehingga bayi merasa tak
nyaman (kolik).
Mestinya yang bagus itu tidak hijau terus, tapi hijau kuning, hijau dan
kuning, bergantian. "Ini berarti bayi mendapat ASI yang komplet, dari
foremilk sampai hindmilk supaya kandungan gizinya komplet. Nah, ibu harus
mengusahakan agar bayinya mendapat foremilk dan hindmilk sekaligus."
Sayangnya, disamping ASI, ibu juga kerap memberikan tambahan susu formula.
Sebelum proses menyusunya mencapai hindmilk, anak sudah telanjur diberi susu
formula hingga kenyang. Akibatnya, ia hanya mendapat ASI foremilk saja.
Waldi menyarankan, "Berikan ASI secara eksklusif. Perbaiki penatalaksanaan
pemberiannya agar bayi bisa mendapat foremilk dan hindmilk." Kiatnya mudah;
susui bayi dengan salah satu payudara sampai ASI di situ habis, baru pindah
ke payudara berikutnya.
Merah
Warna merah pada kotoran bayi bisa disebabkan adanya tetesan darah yang
menyertai. Namun dokter tetap akan melihat, apakah merah itu disebabkan
darah dari tubuhnya sendiri atau dari ibunya.
Jika bayi sempat mengisap darah ibunya pada proses persalinan, maka pada
fesesnya akan ditemukan bercak hitam yang merupakan darah. Umumnya bercak
itu muncul selama satu sampai tiga hari. "Jadi, tinggal dites saja, asalnya
dari mana? Dari darah ibu atau darah bayi." Bila darah itu tetap muncul pada
fesesnya (bisa cair ataupun bergumpal), dan ternyata bukan berasal dari
darah ibu, maka perlu diperiksa lebih lanjut. Kemungkinannya hanya dua,
yaitu alergi susu formula bila bayi sudah mendapatkannya, dan penyumbatan
pada usus yang disebut invaginasi. Dua-duanya butuh penanganan. Kalau
ternyata invaginasi, bayi harus segera dioperasi.
"Darah ini sangat jarang berasal dari disentri amuba atau basiler, karena
makanan bayi, kan, belum banyak ragamnya dan belum makan makanan yang
kotor." Kalau penyakitnya serius, biasanya bayi juga punya keluhan lain,
seperti perutnya membuncit atau menegang, muntah, demam, rewel dan
kesakitan.
Putih/Keabu-abuan
Waspadai segera jika feses bayi yang baru lahir berwarna kuning pucat atau
putih keabu-abuan. Baik yang encer ataupun padat. Warna putih menunjukkan
gangguan yang paling riskan. Bisa disebabkan gangguan pada hati atau
penyumbatan saluran empedu. "Ini berarti cairan empedunya tidak bisa
mewarnai tinja, dan ini tidak boleh terjadi karena sudah 'lampu merah'."
Waldi menegaskan, bila bayi sampai mengeluarkan tinja berwarna putih, saat
itu juga ia harus dibawa ke dokter. Jangan menundanya sampai
berminggu-minggu karena pasti ada masalah serius yang harus diselesaikan
sebelum bayi berumur tiga bulan. Sebagai langkah pertama, umumnya dokter
akan segera melakukan USG pada hati dan saluran empedunya.
"Yang sering terjadi, ibu terlambat membawa bayinya. Dipikirnya tinja ini
nantinya akan berubah. Padahal kalau dibiarkan, dan bayinya baru dibawa ke
dokter sesudah berumur di atas tiga bulan, saat itu si bayi sudah tidak bisa
diapa-apakan lagi karena umumnya sudah mengalami kerusakan hati. Pilihannya
tinggal transplantasi hati yang masih merupakan tindakan pengobatan yang
sangat mahal di Indonesia."
BENTUK
Feses bayi di dua hari pertama setelah persalinan biasanya berbentuk seperti
ter atau aspal lembek. Zat buangan ini berasal dari pencernaan bayi yang
dibawa dari kandungan. Setelah itu, feses bayi bisa bergumpal-gumpal seperti
jeli, padat, berbiji/seeded dan bisa juga berupa cairan.
Feses bayi yang diberi ASI eksklusif biasanya tidak berbentuk, bisa seperti
pasta/krem, berbiji (seeded), dan bisa juga seperti mencret/cair. Sedangkan
feses bayi yang diberi susu formula berbentuk padat, bergumpal-gumpal atau
agak liat dan merongkol/bulat. Makanya bayi yang mengonsumsi susu formula,
kadang suka bebelan (susah buang air besar, Red), sedangkan yang mendapat
ASI tidak.
Bila bayi yang sudah minum susu formula mengeluarkan feses berbentuk cair,
hal itu perlu dicurigai. "Bisa jadi si bayi alergi terhadap susu formula
yang dikonsumsinya atau susu itu tercemar bakteri yang mengganggu usus."
Kesulitan mendeteksi normal tidaknya feses akan terjadi bila ibu memberikan
ASI yang diselang-seling susu formula. Misalnya, akan sulit menentukan
apakah feses yang cair/mencret itu berasal dari ASI atau susu formula.
"Kalau mencretnya karena minum ASI, ini normal-normal saja karena sistem
pencernaannya memang belum sempurna. Tetap susui bayi agar ia tidak
mengalami dehidrasi. Tapi bila mencretnya disertai keluhan demam, muntah,
atau keluhan lain, dan jumlahnya sangat banyak serta mancur, berarti memang
ada masalah dengan bayi. Ia harus segera dibawa ke dokter.
FREKUENSI
Masalah frekuensi sering mencemaskan ibu, karena frekuensi Buang Air Besar (BAB) bayi tidak sama dengan orang dewasa. Kalau ibu mungkin sehari cuma sekali, jadi kalau anaknya sampai lima kali sehari, ini sudah membuat cemas."
Padahal frekuensi BAB setiap bayi berbeda-beda. Bahkan, bayi yang sama pun,
frekuensi BAB-nya akan berbeda di minggu ini dan minggu depannya. "Itu
karena bayi belum menemukan pola yang pas. Umumnya di empat atau lima minggu
pertama, dalam sehari bisa lebih dari lima kali atau enam kali. Enggak masalah, selama pertumbuhannya bagus."
Bayi yang minum ASI eksklusif, sebaliknya bisa saja tidak BAB selama dua
sampai empat hari. Bahkan bisa tujuh hari sekali. Bukan berarti ia mengalami
gangguan sembelit, tapi bisa saja karena memang tidak ada ampas makanan yang
harus dikeluarkan. Semuanya dapat diserap dengan baik. Feses yang keluar
setelah itu juga harus tetap normal seperti pasta. Tidak cair yang disertai
banyak lendir, atau berbau busuk dan disertai demam dan penurunan berat
badan bayi.
"Jadi yang penting lihat pertumbuhannya, apakah anak tidak rewel dan
minumnya bagus. Kalau tiga hari belum BAB, dan bayinya anteng-anteng saja,
mungkin memang belum waktunya BAB."
Harus BAB Dalam 24 Jam Pertama
Bayi yang pencernaannya normal, akan BAB pada 24 jam pertama setelah
dilahirkan. BAB pertama ini disebut mekonium. Biasanya berwarna hitam
kehijau-hijauan dan lengket seperti aspal yang merupakan produk dari sel-sel
yang diproduksi dalam saluran cerna selama ia dalam kandungan.
BAB pertama dalam 24 jam penting artinya, karena menjadi indikasi apakah
pencernaannya normal atau tidak. "Ada penyakit yang bisa ditentukan dengan
melihat apakah BAB pertama dalam 24 jam terjadi atau tidak," kata Waldi.
Contohnya, penyakit Hirschsprung yang merupakan gangguan pengeluaran tinja
akibat tidak adanya syaraf tertentu pada usus sebelah bawah.
BAB ini juga bisa dijadikan patokan oleh dokter kalau bayi mengalami masalah
pencernaan di kemudian hari. Misalnya, kalau BAB tidak lancar di minggu
berikut. "Bila catatan menunjukkan bahwa si bayi melakukan BAB pada kurun 24
jam sesudah lahir, dokter akan mengesampingkan kemungkinan Hirschsprung atau
penyumbatan. Jika tidak, dokter akan memikirkan kemungkinan-kemungkinan ini,
dan biasanya jawabannya adalah operasi."
Itulah sebabnya, penting bagi para ibu yang habis bersalin untuk menanyakan
pada suster/bidan apakah bayinya sudah BAB dalam waktu 24 jam. Jangan lupa
mengingatkan suster/bidan untuk mencatatnya di buku anak, karena catatan ini
penting di kemudian hari.
Sumber :
http://www.facebook.com/notes/izzah-azzam-putrajaya/kenali-warna-dan-bentuk-feses-pada-bayi-anda/140476045970158
Artikel yang lain :
Obat Anak Tradisional Indonesia
Keterbelakangan Mental Super Jenius
Tidak ada komentar:
Posting Komentar