Pencarian

PENILAIAN OBYEKTIF VS SUBYEKTIF

Memandang alam dengan menilai



Pertama, mainframe otak kita terbiasa dengan prasangka atau praduga yang dibentuk dari anggapan umum atau orang lain di sekitar kita. Prasangka membuat penilaian kita terhadap seseorang terlalu cepat sehingga ketika menilai seseorang menjadi terbatas dan jauh dari realita orang tersebut, membuat kita tidak arif dalam menyikapi sesuatu bahkan bisa menjadi masalah baru.



Contoh, ada seorang narapidana yang baru saja keluar dari penjara dan benar-benar ingin bertobat, tapi kita sudah sinis duluan, dikiranya sang narapidana tidak akan jera dan dipastikan akan mengulangi perbuatannya. Di sisi lain ada seorang kawan saya yang punya seorang pacar yang dianggapnya “baik”. Ia sering bercerita bahwa pacarnya orang yang pengertian dan menghormatinya juga ibadahnya kuat. Tetapi setelah beberapa bulan kemudian, pacarnya tersebut mengkhianati komitmennya. Hal tersebut membuktikan bahwa hati manusia bisa berubah, bahkan tanpa kita duga sama sekali. Tuhanlah Yang Maha Membolak-balikkan hati, coba diperhatikan hati kitapun sering berubah, dan kita sulit untuk mengendalikan hati kita sendiri.Kemudian pertanyaan muncul, mengapa ?  Maka dari itu anjuran Nabi mengatakan Bila kamu membenci atau menyukai seseorang sewajarnya saja, karena bisa jadi seseorang tersebut bisa menjadi kekasih atau musuhmu. Nabi Isa juga pernah menasehati murid-muridnya ketika perjamuan makan malam terakhir bahwa bila kita membenci seseorang maka bencilah perbuatannya bukan orangnya.

Berusahalah menilai seseorang seobyektif mungkin, memang tidak bisa seratus persen, tapi kita berusaha untuk mencari informasi yang lebih lengkap mengenai orang tersebut,sehingga kita lebih bijak dalam menilai orang tersebut. Semoga Tuhan tidak membutakan hati kita. Untuk bisa melihat karakter asli seseorang memang tidak mudah, tapi bisa kita lihat aslinya seseorang dari cara dan sikapnya menyelesaikan masalah. Itulah kondisi kekuatan kepribadian seseorang sebenarnya.

Kedua, Posisi seseorang dimata kita. Dalam cerita perang Baratayudha di Kitab Baghavad Gita, episode dimana Arjuna melawan Karna tidak sampai hati untuk memeranginya, karena masih satu darah, membuat jiwa Arjuna menjadi guncang. Lalu Khrisna berusaha meyakinkan Arjuna, bahwa yang namanya Kakak, Ayah, Ibu, Paman, adalah pakaian dunia, tapi yang namanya kebenaran tidak pandang bulu siapapun orangnya.


Ketiga, cara pandang seseorang juga dipengaruhi oleh faktor Kebiasaan atau tradisi yang membentuknya. Anak-anak Bosnia sudah lebih terbiasa dengan suara desingan peluru, sedangkan anak-anak Jawa dengar desingan peluru langsung merasakan takutnya luar biasa (zaman sekarang). Seperti halnya kita menilai seseorang, ketika kita terbiasa dengan hinaan orang, maka kita akan lebih bisa memaklumi orang yang menghina kita, sedangkan orang yang terbiasa terkena perlakuan lemah lembut, maka dia kaget ketika dihina orang bahkan dia akan menilai orang itu sangat jahat kepadanya. Maka dari itu amatlah penting bagi kita untuk belajar untuk bersifat fleksibel kepada orang, dengan bergaul tanpa pilih-pilih. Bergaul tanpa pilih-pilih bukan hanya sekedar “say hello” saja, tapi lebih fokus pada pengenalan kepada setiap pribadi orang lain. Jika perlu bila ada teman kita yang dianggap aneh dan diasingkan, kita tidak boleh menjauhinya. Belajar untuk selalu melihat dari sisi orang lain, itu yang penting. Bila kita konflik dengan seseorang, utamakanlah dulu berpikir bagaimana seandainya kita berada di posisi orang yang kita musuhi. Apakah sudah benar diri kita ? Bila kita melihat orang lain melakukan kesalahan, apakah kita bisa menjamin kita tidak melakukan kesalahan seperti yang dibuat orang itu. Saya pernah baca di Internet Website untuk Persahabatan Malaysia ada nasehat berbunyi “Jika ada orang yang menyakiti hati kita itu berarti secara tidak langsung orang itu telah mengajari kita untuk tidak berbuat sepertinya”. Semoga kita bisa selalu belajar untuk bijak dalam menyikapi kesalahan orang lain dan kita bisa meneladani sifat Tuhan Yang Maha Pemaaf.

Catatan asumsi

Tidak ada komentar: