Pencarian

Melukai Dalam Kesulitan & Ketidaksengajaan Kita

Analogi Keterbatasan Sikap


Beberapa hari lalu saya mendapat hikmah dan pelajaran berharga, meskipun sepele dan simple tapi tetap saja penting bagi saya sehingga saya ingin membaginya kepada Anda semua.

Pada malam itu, saya hendak berangkat pulang dari kantor sekitar pukul 7 malam, dan kebetulan malam itu saya menyetir mobil sendiri. Biasanya, begitu masuk mobil dan duduk di depan stir, setelah menyalakan mobil serta lampu saya langsung maju atau mundur untuk bergerak mengarah ke jalanan. Namun kala itu saya tidak demikian, karena begitu saya sudah menyalakan mobil dan menyalakan lampu besar, tiba-tiba ada telepon penting masuk yang rasanya tidak mungkin untuk tidak saya angkat. Kontan saja saya agak tergopoh-gopoh dan berinisiatif untuk mencari hands free agar saya tetap bisa berbicara di telepon dan juga tetap bisa berkendara menuju rumah. Tapi, apesnya disaat saya terus menelepon dan mengambil hands free, rupanya tali yang menjadi alat hands free ini membelit demikian rumitnya sehingga saya harus bekerja keras untuk meluruskannya. Mungkin hampir 3 menit baru saya bisa menyelesaikan lingkaran dan belitan tali tersebut sampai akhirnya tidak bisa saya gunakan untuk bertelepon saat itu karena keburu selesai pembicaraannya.

Menjelang saya menyelesaikan lilitan tali itu, saya didatangi oleh seorang berbadan tegap dan mengetok pintu mobil agak keras. Saya lalu membuka kaca mobil dan dia dengan nada marah berucap ke saya: " Pak, kalau mau menyalakan lampu mobil dan masih belum berangkat, ya lihat-lihat dong orang lain yang sedang duduk dan ngobrol di kejauhan sana, lampunya kan terang sekali dan mengenai mata kami?", kata orang itu. Rupanya, di tengah permasalahan dan "kecelakaan" yang saya alami di dalam mobil, saya tidak sadar bahwa ada orang yang sedang santai di depan mobil yang berjarak kira-kira 15 meter dan sorotan lampu mobil saya persis mengenai matanya sehingga dia merasa terganggu.

Apa yang saya lakukan kemudian?, tanpa saya harus membela diri dan mengatakan kesulitan saya dan ketidak sengajaan saya, saya langsung turun dan meminta maaf kepadanya. Saya katakan bahwa ini salah saya dan mohon sekali lagi saya dimaafkan. Saya beruntung, kemarahan orang itu (yang saya belum kenal sebelumnya) langsung reda dimana dia bersedia menjabat tangan saya sebagai tanda mau memberikan maaf dan saya pun segera berangkat berkendara menuju rumah.

Itulah hikmah yang memperingatkan saya, betapapun kita sedang dalam kesulitan dan kelalaian, betapapun lupa dan tidak sengajanya kita, tentulah tidak adil jika pada saat yang sama kita mengabaikan dan mengusik ketenangan orang lain. Tidak perlu kita beralasan ini dan itu yang mengakibatkan kita lalai pula terhadap orang lain, dan juga tidak ada hubungannya antara masalah kita sendiri dengan kualitas dan komitmen pelayanan kita terhadap orang lain. Jika kita sedang susah, bukan berarti orang lain harus dibawa-bawa susah, jika kita sedang sakit, bukan berarti bisa dihalalkan bagi kita untuk juga membuat orang lain sakit.

Dalam kesulitan dan ketidaksengajaan kita, tetap saja kita tidak dibenarkan untuk melukai atau membuat orang lain terluka.

Source : 3 Positif Paradigma

Artikel yang lain :
Realitas Anak Durhaka
Ekstrinsik vs Intrinsik

Tidak ada komentar: