Pencarian

MEMAHAMI KONFLIK ATAU PERBEDAAN


Bermacam dan Berbeda

Banyak kejadian tidak terduga dalam kehidupan, sehingga membuat kita harus berpikir keras melihat ataupun menafsirkan suatu kejadian. Tuhan pasti sedang mengajarkan pada kita tentang suatu hikmah tersembunyi, sehingga kalau kita paham, insya Allah akan menjadi kekuatan jiwa bagi kita.


Saya baru saja mendengar cerita seorang pengusaha yang seumuran dengan saya, namanya juga sama dengan saya, Andi (semoga bernasib sama hehe..), Singkatnya, ia konflik dengan seseorang yang akhirnya mengakibatkan kematian bapaknya. Sang bapak meninggal karena membela anaknya, padahal sebelumnya sang anak dengan bapak seringkali tidak akur. Seketika itu andi terlihat sangat menyesal, ia tidak menyangka selama ini bapaknya begitu sayang pada dirinya. Selama ini ia menganggap bahwa bapaknya tidak begitu perhatian kepadanya. Saya melihat kasus yang dialami Andi sebagai suatu simbol, dimana seseorang apabila mengungkapkan perasaannya terkadang dianggap kontradiktif. Memang kita harus jeli dalam melihat perilaku seseorang, mempelajari kebiasaannya. Maka dari itu kita tidak boleh terlalu responsif dalam menanggapi sesuatu. Ayah Andi sangat sayang pada anaknya, bahkan sampai sering tidak akur, mungkin itulah wujud kasih sayangnya, dengan membentak Andi mungkin, dengan marah barangkali. Yaah … itulah perwujudan kasih sayangnya.

Orang tua zaman dahulu rata-rata juga banyak yang otoriter dalam mendidik anaknya, tapi tidak sedikit anaknya yang berhasil dalam karir karena tempaan pendidikan keras. Sang anak juga baru menyadari bahwa orang tuanya yang selama ini mendidik keras terhadap dirinya ternyata manfaatnya bisa dirasakan ketika dirinya sukses.

Memang ada baiknya nasehat yang berbunyi “kita tidak bisa memaksa orang lain untuk memahami diri kita, tapi kita bisa memaksa diri kita untuk memahami orang lain dengan sikap terbaik kita.” Memahami orang lain bisa dikatakan rumit, tetapi justru disitulah letaknya seni hidup, justru disitulah letak dimana kita bisa memahami kelemahan diri kita. Perbedaan antara individu satu dengan individu yang lain adalah rahmat Tuhan yang sangat besar buat diri kita untuk selalu bisa saling mengisi dan menerima.

Kita bisa memahami kelemahan kita dari perbedaan? Kok bisa ?, saya contohkan sekarang, ketika seseorang menghadapi konflik ada yang menanggapi dengan marah besar, ada yang diam saja, ada yang berusaha menjelaskan persoalan, ada yang tergesa-gesa, ada yang lamban (alon-alon asal klakon) dan ada yang menghindari. Lalu mana yang benar ? Setiap orang punya karakter dasar, dan secara umum karakter dasar menjawab setiap persoalan. Karakter akhirnya bisa tampak kelemahannya ketika ada konflik yang tidak sesuai. Lihat kondisi dari konflik tersebut, maka disitulah yang benar. Itulah yang rumit dan butuh sikap bijaksana, sikap mana yang harus dipilih.

Saya pernah membaca buku Wasiat Ayatullah Khomeini, beliau berhasil memadukan antara ketegasan dan kelemahlembutan dalam mendidik cucunya, disini disebutkan ketegasan bukan sikap keras, artinya beliau mampu menerapkan sikap keras pada tempat dan situasi yang tepat, dan sikap keras yang tidak membabi buta sehingga itulah yang disebut sebagai tegas. Sikap keras tidak membabi buta bisa kita lihat ketika Nabi Muhammad marah menanggapi seseorang yang berkata “Ya Rasulullah, engkau tidak adil”, lalu beliau menjawab “jika Allah dan RasulNya tidak adil, maka siapa lagi yang bisa adil”. Tidak ada kata-kata lagi sesudah itu. Dilihat dari hadist ini dapat disinyalir, ketika keras kita harus berbicara dengan kata-kata yang seperlunya, itulah sikap keras yang tidak membabi buta. Rumitnya ketika kita sedang emosi, ingin sekali menumpahkan kata-kata yang menyerang sehingga dapat menimbulkan masalah baru. Menjawab konflik dengan menghindari, sepintas solusi ini dianggap salah, akan tetapi Nabi Muhammad pernah menganjurkan bila fitnah sudah datang maka beruzlah saja, itu lebih baik bagi kamu. Misalnya konflik antara Bung Karno dan Bung Hatta ketika berbeda pandangan tentang mau dibawa kemana Indonesia,  sehingga pada akhirnya Bung Hatta mengambil keputusan mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden.

Kemudian bagaimana dengan sikap diam dalam menghadapi konflik, diam terkadang adapula baiknya, dengan diam kita bisa memilah dan mempelajari masalah. Nabi Muhammad saja ketika dicaci oleh orang kafir mengenai masalah kebenaran kekuasaan Allah yang sudah jelas-jelas salah, beliau hanya bisa diam. Setiap sikap ada kelebihan dan kekurangan masing-masing, sekali lagi kuncinya terletak bagaimana setiap sikap digunakan pada situasi dan kondisi yang tepat.


Antara individu satu dengan individu yang lain selalu berbeda cara pandangnya, karena pengalaman, pengetahuan, lingkungan yang berbeda. Cara menghadapi perbedaan adalah modal utama dalam berinteraksi, semakin kita terampil memahami (bukan hanya sekedar tahu, karena melibatkan emosi atau perasaan seseorang) maka kita bisa bergaul lebih luas. Type interaksi bermacam-macam, yaitu sekedar kenal, pertemanan, relasi profesi, hubungan lawan jenis, dan hubungan kasih sayang. Setiap reaksi ada simbol-simbol tertentu, apalagi yang melibatkan perasaan hati terlalu jauh.


Catatan Asumsi
Candradimuka, 25-27 Juli 2006

Artikel yang lain :
Mega Kehidupan
Pentingnya Keputusan

Tidak ada komentar: