Pencarian

Tuhan Ingin Dikenal Kita


KebesaranNya

Ketika kubangun dipagi hari sebelum cahaya itu terlihat, seperti biasanya tak lupa kuucapkan dalam hati “alhamdulillahi rabbil alamin” lalu kubuka kaca jendela kamarku dengan rasa sambil berucap “assalamu alaikum alam beserta seluruh isi-isinya”,…sebuah tradisi konkret dalam kehidupan saya selama ini, hasil dari warisan Rasulullah SAW dan para Waliullah sebagai pelengkap ibadah-ibadahku dalam mencapai sebuah keyakinan utuh. Mengalahkan berbagai keraguan-keraguan yang penuh dengan intrik-intrik dan tipu daya menjerumuskan diriku ke dalam keimanan buta.



Keraguan-keraguan yang menghalang mencapai sebuah keyakinan akan kebenaran sejati tidaklah mudah untuk ditepis begitu saja namun perlu pembuktian secara nyata. Begitu banyak yang saya bisa lihat dan amati ketika keraguan ini terkalahkan oleh sebuah keyakinan yang utuh. Bagi Tuhan sendiri, “Sesuatu yang tidak mungkin jadi mungkin….!” Tentu saja tetap dilandasi keyakinan yang kuat akan kebesaran Tuhan yang ada dalam diri saya. Ada Zat-nya yang bersemayam sepanjang hayat awal dan akhir dalam kehidupanku.

Zat Tuhan ini adalah sebuah tahta suci yang juga ada di semua manusia-manusia itu, tanpa kecuali. Namun untuk menggapaiNya lalu mengenalNya serta merasakan-Nya pasti penuh dengan berbagai ujian dan cobaan. Terkadang dunia materialisme mengambil alih peranNya dengan mudah, lalu menjadikanNya pasif seketika. Aktif ketika kita berusaha masuk dalam singgasanaNya. Masuk dan terus masuk hingga menemukan kekosongan. Yang ada hanya-lah tetap kekosongan dan kekosongan. Namun kekosongan tersebut menepis semua keraguan tadi, tereliminasi oleh keyakinan utuh. Eksistensi kekosongan itu tiada kata-kata yang terucap kecuali ekspresi kebahagiaan sejati terpancar dalam raut wajah ini, kenikmatan yang tiada bandingannya selama hidup ini.

Kutenggelam dan hanyut akan eksistensi itu ke dalam lautan kebenaran yang sangat luas tak bertepi, suatu kesadaran tertinggi terasakan dalam keheningan yang luar biasa. Membawa keberkahan yang luar biasa dalam diri ini, juga alam sekitarku karena energi-energi Ilahi yang berasal dari kekosongan totalitas.

Semua sekat-sekat keraguan yang ada terluluhkan oleh energi ilahi yang mendominasi secara mutlak dan transenden, yang merupakan pintu utama masuk ke dalam ranah keyakinan-keyakinan itu yakni keyakinan utuh dan bulat, tegak lurus tanpa ada lagi keraguan dan kepalsuan di dalamnya. Titik itulah menjadikan aku mengenalMu secara perlahan namun pasti sesuai dengan ridho-Nya, bagaikan harta karun yang telah lama terpendam untuk bisa menemukanNya, kucari kesana kemari di dunia nyata, tidak kutemui, lalu kucari terus hingga aku menemukannya lalu mengenalNya.

Skenario-Nya yang begitu indah yang diberikan oleh umatnya, yakni manusia-manusia yang selalu sadar akan kodratnya yang memiliki Nur Muhammad-Nur Ilahi yang bersemayam dalam dirinya, agar manusia-manusia itu mengenalnya secara rasa dengan harta karun tersebut, yang mana sumber dari segala kehidupan yang ada di alam semesta ini semua ada didalamnya. Sehingga pembuktian-pembuktian secara pribadi dari manusia-manusia yang ada mengikis semua keraguan demi keraguan.

***
Setelah semuanya terungkap tabir-tabir keyakinan itu, lalu kumenyadari bahwa itulah sebuah kesadaran yang tidak terbatasi oleh ruang dan waktu, yang membawa diri ini untuk selalu mengingat Asma-asma-Nya, bukan dari luar diri ini tapi semua berasal dari dalam diriku, dan semua manusia-manusia yang ada. Intinya hanyalah satu, bukan dua atau lebih, namun Dia ada dimana-mana. Dengan bahasa-nya yang juga hanya satu yakni bahasa qalbu, lantas apapun yang kita niat dan ucapkan dengan keyakinan utuh, jelasnya Dia maha mengetahui apa yang kita kerjakan.

Sungguh kusesalkan diri ini, ketika dalam kehidupan ini tidak sempat mengenalNya secara rasa, secara utuh, secara konkret, yang dengan segala asma-asma-Nya tadi selalu menemani dengan setia awal dan akhir. Padahal terlihat jelas disekelilingnya ketika manusia-manusia itu telah mengaktualisasikan kesalehan-kesalehannya dalam laku sehari-hari sebagai manusia yang mempunyai keimanan dan keyakinan utuh. Yang bisa memberikan kemakmuran bagi dirinya, bagi orang lain, bagi masyarakat, bagi bangsa, bagi seluruh alam semesta beserta isi-isnya. Itulah wujud keyakinan ituh yang dicontohkan oleh Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya dan selanjutnya di wariskan oleh para Waliullah untuk diteladani.

Tetapi timbul semacam pertanyaan bahwa, setelah Rasulullah SAW telah wafat 1500 tahun yang lalu, setelah para waliullah juga telah wafat pula, namun siapa yang bisa melanjutkan warisan-warisan tersebut yang merupakan sebuah kunci tuntunan jalan menuju hakikat sebuah kebenaran sejati ?”

Ketika manusia-manusia kebanyakan saat ini telah lupa bahkan telah terjebak ke dalam simbol-simbol duniawi yang serta merta barangkali tidak pernah memberikan kebahagiaan sejati, manusia-manusia itu hanyalah merasakan kebahagiaan semu, kesenangan semu, kedamaian semu, semuanya semu. Itu semua karena belum menemukan inti dari sebuah keyakinan yang larut dalam berbagai keraguan-keraguan tadi, mereka membiarkan ego-ego itu menguasai kehidupannya dibanding dengan kesadaran ilhai yang ada dalam dirinya.

Semua itu, mungkin hanyalah sebuah proses untuk tetap kembali apa yang tersirat dalam Al-quran dan apa yang telah diwariskan oleh Rasullullah serta wakil-wakil Tuhan lainnya. Semua jawaban itu sejatinya ada dalam diri kita. Luangkan waktu sejenak untuk mengeksplorasi diri dengan menukik kedalam, untuk menemukan zat kebenaran yang terpancar sebuah keyakinan, sehingga keyakinan ini menjadi utuh dan menjadi sebuah keyakinan yang benar-benar telah dirahmati, yang telah diberkahi, yang akan membawa kedamaian, kebahagiaan sejati selamanya. “Pada mulanya Aku adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal. Maka Kuciptakan makhluk, dan melalui mereka Aku-pun dikenal.”

Sumber: Kompasiana

Artikel yang lain :
Pengemis Terkaya di Indonesia
Menilai

Tidak ada komentar: